Intrapreneurship atau intracorporate entrepreneurship merupakan konsep lama sejak 1970-an yang masih relevan hingga sekarang. Intrapreneurship dalam koperasi merupakan motor penggerak inovasi yang memungkinkan koperasi beradaptasi dan berkembang di tengah dinamika pasar. Dengan semangat kewirausahaan yang tumbuh dari dalam organisasi, para pengurus, manajer, dan anggota koperasi dapat berperan sebagai intrapreneur yang menciptakan, menguji, dan mengimplementasikan ide-ide baru untuk meningkatkan efisiensi operasional, diversifikasi usaha, serta daya saing koperasi.
Artikel ini merupakan ringkasan hasil penelitian dengan judul “Intrapreneurship in Action: Intrapreneurship & Its Influence on Sustainable Innovation – An In-depth Analysis of Visby’s Stora Coop on Gotland” (2024) yang disusun oleh Carlotta Alby dan Toms Oskars Gross ⊕. Penelitian ini merupakan bagian dari tesis dalam studi Master of Science in Sustainable Management di Uppsala Universitet.
Stora Coop
Bayangkan sebuah supermarket yang tidak hanya menjual telur, susu, dan roti, tetapi juga menjadi pionir keberlanjutan dan inovasi—tempat di mana limbah makanan hampir nol, karyawan bekerja dengan gembira, dan pengunjung dari seluruh dunia datang untuk belajar. Itulah Stora Coop, sebuah toko grosir di Visby, pulau Gotland, Swedia. Dalam sebuah tesis master dari Uppsala Universitet, dua mahasiswa, Carlotta Alby dan Toms Oskars Gross, menggali rahasia di balik keajaiban ini. Mereka bertanya: “Bagaimana intrapreneurship—kewirausahaan dalam organisasi—bisa menciptakan budaya inovasi dan keberlanjutan di industri ritel grosir?” Jawabannya ternyata lebih dari sekadar teknologi canggih atau strategi bisnis biasa; ini tentang orang-orang, semangat, dan keseimbangan yang cerdas.
Unique Value
Stora Coop bukan supermarket pada umumnya. Ketika Anda melangkah masuk, Anda disambut oleh tanda-tanda berbentuk awan yang menggantung dari langit-langit, kafe kecil di sudut, dan bagian produk lokal yang terasa seperti pasar tradisional—lengkap dengan kotak kayu dan pohon birch sebagai dekorasi. Ada sudut pakaian vintage, rak buku alternatif, dan bahkan bagian “Candyland” dengan permen warna-warni yang menggoda. Musik dari pemutar vinil mengalun lembut, menciptakan suasana yang jauh dari kesan membosankan toko grosir biasa. Di balik semua ini, ada misi besar: menjadikan keberlanjutan sebagai jantung operasional mereka.

Berlokasi di Gotland, pulau terbesar Swedia yang agak terpencil, Stora Coop adalah bagian dari Coop Sweden, sebuah koperasi raksasa yang dimiliki oleh 3,7 juta anggota sejak 1899. Tidak seperti perusahaan biasa yang terpaku pada keuntungan, model koperasi ini memungkinkan Stora Coop menginvestasikan kembali pendapatannya untuk inovasi dan keberlanjutan. Hasilnya? Toko ini berhasil mengurangi limbah makanan hingga 86% antara 2018 dan 2021, memenangkan penghargaan seperti “Sustainable Food Store of the Year 2019,” dan menjadi inspirasi global—bahkan Microsoft pernah mampir untuk mencari tahu “toko masa depan” itu seperti apa.
Konsep Intrapreneurship
Apa yang membuat Stora Coop begitu istimewa? Carlotta dan Toms menemukan jawabannya dalam intrapreneurship, konsep yang diperkenalkan Gifford Pinchot III pada akhir 1970-an. Berbeda dengan wirausaha yang membangun dari nol, intrapreneur adalah inovator dalam organisasi—mereka memanfaatkan sumber daya perusahaan untuk mewujudkan ide besar. Pinchot mengidentifikasi lima peran kunci dalam intrapreneurship, dan Stora Coop adalah panggung nyata tempat peran-peran ini bersinar. Mari kita bedah satu per satu dengan contoh dari toko ini.
- Idea People (Pencetus Ide)
Ini adalah orang-orang yang memulai segalanya dengan ide-ide cemerlang. Pinchot bilang, tanpa lingkungan yang memicu kreativitas, intrapreneurship mati di tempat. Di Stora Coop, peran ini dimainkan oleh banyak pihak. Store Manager, misalnya, membawa ide teknologi Invafresh untuk mengelola limbah makanan setelah berdiskusi dengan tim mereka—sebuah langkah yang mengubah cara toko menangani barang kadaluarsa. Creative Manager juga jadi bintang di sini, mencetuskan “Candyland” dan sudut vinil yang tidak biasa untuk supermarket. Bahkan dari luar, seperti saat co-founder Turnpike mendekati Store Manager dengan ide smartwatch komunikasi, ide-ide segar terus mengalir. Fleksibilitasnya jelas: siapa saja bisa jadi pencetus, asal ada semangat untuk berpikir beda. - Intrapreneur (Pelaksana Ide)
Pencetus ide boleh bermimpi, tapi intrapreneur adalah “pelaku”—orang yang mewujudkan mimpi itu. Pinchot menyebut mereka “dreamers who do.” Di Stora Coop, Store Manager adalah intrapreneur utama. Mereka tidak hanya punya ide, tapi juga memanfaatkan posisi mereka untuk menerapkannya—seperti meluncurkan sistem Invafresh di sembilan toko Coop Gotland. Creative Manager juga berbagi peran ini, misalnya saat mengubah ide lelang ikan dari konsep jadi kenyataan meski awalnya ditentang. Mereka adalah jembatan antara visi dan aksi, membuktikan bahwa intrapreneur tidak terpaku pada satu orang—bisa dua, atau lebih, tergantung kebutuhan. - Intrapreneurial Team (Tim Pendukung)
Tidak ada intrapreneur yang sukses tanpa tim. Pinchot bilang tim ini harus solid, beragam, dan bertahan dari awal hingga akhir proyek. Di Stora Coop, tim ini terdiri dari Store Manager, Creative Manager, dan departemen kreatif. Ketika ide lelang ikan muncul, tim kreatif membantu mengeksekusinya dengan desain dan strategi pemasaran. Saat teknologi Turnpike diterapkan, karyawan di berbagai departemen—dari daging hingga sayuran—bekerja sama menggunakannya. Tim ini bukan dirancang dengan sengaja, tapi tumbuh secara organik, seperti yang Pinchot prediksikan: kekuatan tim adalah kunci kesuksesan di pasar. - Sponsors (Penyokong)
Inovasi butuh dukungan—seseorang yang melindungi tim dari birokrasi dan menyediakan sumber daya. Di Stora Coop, Store Manager sering jadi sponsor untuk Creative Manager, mendukung ide-ide liar mereka meski manajemen atas awalnya skeptis. Seiring waktu, manajemen Stora Coop dan Coop Sweden juga jadi sponsor, terutama setelah melihat hasil nyata seperti pengurangan limbah 86%. Awalnya, ide Store Manager sering ditolak, tapi keberhasilan demi keberhasilan membuat dukungan mengalir. Ini menunjukkan bahwa sponsor bisa berganti peran—dari penutup telinga menjadi pendukung penuh—tergantung bukti di lapangan. - Climate Maker (Pencipta Iklim Inovatif)
Terakhir, ada yang memastikan budaya inovasi tetap hidup. Pinchot bilang ini tentang keyakinan bersama bahwa inovasi itu penting. Di Stora Coop, iklim ini diciptakan oleh kombinasi sponsor (manajemen), anggota koperasi, dan karyawan. Karyawan bangga bekerja di tempat yang progresif, anggota mendukung misi koperasi, dan manajemen akhirnya ikut mempertahankan semangat ini. Contohnya, ketika toko memenangkan penghargaan, semangat itu menguat—menciptakan lingkaran positif di mana ide baru terus bermunculan.
Di Stora Coop, peran-peran ini tidak kaku seperti buku pegangan. Orang bisa memainkan lebih dari satu peran—Store Manager jadi pencetus sekaligus pelaksana, misalnya—dan peran bisa bergeser seiring waktu. Fleksibilitas inilah yang membuat intrapreneurship di sini begitu hidup dan efektif.

Inovasi dan Keberlanjutan dalam Aksi
Stora Coop bukan sekadar toko dengan dekorasi cantik—ini adalah laboratorium hidup untuk inovasi dan keberlanjutan. Mereka menggabungkan teknologi canggih, strategi cerdas, dan semangat intrapreneurial untuk menciptakan dampak nyata. Mari kita telusuri bagaimana mereka melakukannya, langkah demi langkah.
- Invafresh: Mengelola Limbah Makanan
Salah satu bintang inovasi di Stora Coop adalah Invafresh, sistem yang mengubah cara mereka mengelola barang kadaluarsa. Setiap hari, karyawan di bagian sayuran, daging, atau susu membawa komputer kecil yang menunjukkan daftar produk mendekati kadaluarsa—bisa 150 item di hari sibuk, atau hanya 25 di hari sepi. Sistem ini cerdas: ia memandu karyawan melalui toko dalam urutan tetap, memastikan prinsip “First In, First Out” (FIFO) ditegakkan. Misalnya, jika apel dengan tanggal kedaluwarsa 8 April sudah terjual dan diganti dengan yang baru (22 April), karyawan memasukkan data baru, dan apel itu baru muncul lagi di daftar dua hari sebelum kadaluarsa (20 April).
Untuk produk yang tinggal dua hari—seperti ayam atau ikan—Invafresh otomatis menyarankan diskon 30%. Karyawan memasukkan jumlah, dan printer mini mencetak label merah dengan barcode baru untuk kasir. Hasilnya? Antara 2018 dan 2021, limbah makanan turun 86%, pendapatan dari diskon naik 20%, dan waktu pengecekan tanggal turun 70%. “Daripada memeriksa 450 jenis keju, sekarang cuma 32,” kata seorang karyawan Invafresh. Mereka juga punya rencana baru: AI untuk optimasi diskon dan alat manajemen donasi, yang bisa memilah produk untuk disumbangkan sebelum basi—langkah berikutnya yang Stora Coop siap coba. - Håkan dan Gotland Spirits: Dari Sampah Jadi Rupiah
Tidak semua produk bisa dijual, tapi Stora Coop tidak membuangnya begitu saja. Masuklah Håkan, mesin pengompos yang mengubah sisa makanan jadi pupuk cair dan tanah—dijual kembali ke pelanggan untuk kebun mereka. Bayangkan: apel yang tak terjual昨天 jadi nutrisi untuk bunga Anda besok. Lalu ada kolaborasi unik dengan Gotland Spirits, yang mengambil pasta kadaluarsa dan menyulingnya jadi minuman keras. Inovasi ini bukan cuma soal lingkungan—ini tentang mengubah “sampah” jadi sesuatu yang bernilai, membuktikan bahwa keberlanjutan bisa kreatif sekaligus menguntungkan. - Turnpike: Komunikasi Cepat, Stres Berkurang
Di sisi lain, ada Turnpike dengan smartwatch hitam yang dikenakan karyawan. Ini bukan sekadar gadget keren—ini alat komunikasi revolusioner. Misalnya, karyawan di bagian daging bisa memanggil bantuan dari bagian roti dengan satu sentuhan. Pelanggan juga bisa meminta bantuan lewat layar di setiap departemen, dan karyawan terdekat langsung mendapat notifikasi. Di malam hari, seorang karyawan khusus dengan jam spesial menangani semua permintaan, memastikan pelayanan tetap mulus. “Ini menghemat waktu dan membuat kerja lebih menyenangkan,” kata seorang karyawan. Dampaknya? Komunikasi lebih cepat, stres karyawan turun, dan pelanggan lebih puas—contoh nyata keberlanjutan sosial dalam aksi. - TooGoodToGo dan Tas Penyelamat
Untuk produk yang masih bisa diselamatkan tapi tak layak dijual penuh, Stora Coop punya program TooGoodToGo dan tas khusus untuk mahasiswa. Karyawan mengemas makanan mendekati kadaluarsa—like roti atau sayuran—ke dalam tas murah yang dijual dengan harga diskon. Ini bukan cuma soal mengurangi limbah; ini memberi pelanggan kesempatan membeli murah sambil ikut menyelamatkan planet. “Kami tetap untung, pelanggan senang, dan makanan tidak terbuang,” kata seorang karyawan. Strategi ini memperkuat reputasi Stora Coop sebagai toko yang peduli—bukan hanya pada alam, tapi juga komunitas.
Keberlanjutan dalam Dua Sisi
Di Stora Coop, keberlanjutan bukan sekadar jargon. Mereka melihatnya melalui dua lensa: lingkungan dan sosial. Dari sisi lingkungan, fokusnya adalah melindungi alam—mengurangi limbah makanan, menghapus kantong plastik, dan mendukung produsen lokal. Dari sisi sosial, mereka menciptakan lingkungan kerja yang “lebih lembut dan tolerable,” kata Creative Manager. Karyawan tidak perlu mencatat jam masuk, bekerja berdasarkan kepercayaan, dan punya ruang untuk menjadi diri sendiri. “Humor itu penting,” tambahnya, mencerminkan budaya yang santai namun produktif.
Store Manager, dengan kepribadian ramah dan pikiran terbuka, menjadi motor penggerak. Mereka menyapa semua orang, mendengarkan ide karyawan, dan membiarkan proses pertumbuhan berjalan alami. “Tidak apa-apa kalau belum semua orang sustainable di sini,” kata Sales Manager, “karena mereka akan sampai di sana.” Pendekatan ini menarik karyawan baru yang bangga bekerja di tempat yang menghargai kreativitas dan kesejahteraan.
Lesson Learn
Stora Coop bukan hanya sukses lokal—ini inspirasi global. Setiap minggu, perusahaan seperti Microsoft datang belajar, dan Coop lain di Swedia ikuti jejaknya—seperti Coop Värmland yang jual vinil sejak 2023. Tapi ada risiko: ketergantungan pada Store Manager dan Creative Manager. Jika mereka pergi, inovasi bisa terhenti. Carlotta dan Toms tawarkan lima pelajaran mendalam dari Stora Coop untuk organisasi di mana saja yang ingin jadi lebih inovatif dan berkelanjutan. Mari kita gali satu per satu.
- Seimbangkan Kreativitas dan Ekonomi
Stora Coop tunjukkan bahwa ide gila—seperti lelang ikan atau vinil di supermarket—bisa sukses kalau seimbang dengan keuntungan. Tim kreatif boleh bermimpi, tapi Store Manager pastikan itu layak secara finansial. Untuk organisasi lain, ini berarti alokasikan anggaran untuk riset dan inovasi, tapi tetap pantau dampak ekonominya. Contohnya, perusahaan ritel bisa ciptakan sudut produk unik—like barang daur ulang—tapi uji dulu di skala kecil untuk lihat apakah laku. Keseimbangan ini hindari “pesta tanpa hasil” dan pastikan ide bertahan lama. - Ciptakan Lingkungan Pendukung
Inovasi butuh ruang untuk bernapas. Di Stora Coop, karyawan bebas usul ide—like tas TooGoodToGo—dan didengar. Ini bukan kebetulan, tapi budaya sengaja dibangun oleh Store Manager. Organisasi lain bisa tiru dengan buka saluran komunikasi—misalnya, kotak saran digital atau rapat bulanan “ide liar”. Contoh praktis: restoran bisa adakan sesi brainstorming karyawan untuk menu baru, beri hadiah kecil untuk ide terbaik. Lingkungan ini jadi “peternakan ide” yang terus menghasilkan. - Pimpin dengan Teladan
Store Manager “jalan sesuai ucapan”—mereka usul Invafresh dan pimpin sendiri penerapannya. Ini inspirasi karyawan untuk ikut bergerak. Organisasi lain butuh pemimpin serupa—seseorang yang tak cuma bicara soal keberlanjutan, tapi buktikan lewat aksi. Misalnya, bos kafe bisa mulai pakai sedotan bambu dan ajak tim ikuti. Pemimpin ini bukan cuma penggerak, tapi magnet yang tarik orang lain ke visi yang sama. Tanpa mereka, ide cuma jadi wacana. - Tantang Norma
Stora Coop langgar aturan biasa supermarket—siapa bilang toko grosir tak bisa jual vinil atau adakan lelang ikan? Sikap ini buka pintu inovasi. Untuk organisasi lain, ini berarti berani tanya: “Kenapa kita lakukan begini?” Contohnya, toko buku bisa coba jual kopi atau adakan kelas menulis—langkah kecil yang ubah status quo. Gagal boleh, asal jadi pelajaran. Mindset ini ubah kekakuan jadi peluang, seperti Stora Coop jadikan Gotland panggung dunia. - Pahami Keberlanjutan Secara Luas
Stora Coop lihat keberlanjutan tak cuma soal lingkungan—ada sisi sosial dan teknis. Mereka kurangi limbah (Invafresh), dukung karyawan (Turnpike), dan ciptakan solusi cerdas (Håkan). Organisasi lain harus ikuti: keberlanjutan bukan cuma tanam pohon, tapi juga jaga tim dan pelanggan. Misalnya, pabrik kecil bisa pakai energi surya (lingkungan), beri libur fleksibel (sosial), dan otomatisasi sederhana (teknis). Pendekatan holistik ini buat dampak lebih dalam dan tahan lama.

Mengapa Ini Penting?
Industri ritel grosir sering dianggap kaku dan lambat berubah. Stora Coop membuktikan sebaliknya. Di tengah krisis iklim dan tekanan sosial, supermarket ini menunjukkan bahwa intrapreneurship bisa menjadi kunci untuk tetap relevan. Mereka mengajarkan bahwa inovasi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang orang-orang yang berani bermimpi dan organisasi yang memberi ruang untuk mimpi itu hidup.
Riset ini, meski terbatas pada satu kasus, membuka jendela ke masa depan ritel. Ini bukan solusi satu ukuran untuk semua—setiap organisasi harus menyesuaikan pendekatan mereka. Tapi satu hal pasti: dengan semangat, keseimbangan, dan sedikit keberanian, bahkan supermarket di pulau terpencil bisa mengubah dunia. Stora Coop bukan sekadar toko grosir; ini adalah bukti bahwa keberlanjutan dan inovasi bisa dimulai dari mana saja—bahkan dari rak sayuran di Gotland.
Kita melihat bagaimana Stora Coop mengubah paradigma ritel grosir melalui intrapreneurship. Dari teknologi cerdas hingga budaya kerja yang manusiawi, kisah mereka adalah inspirasi bagi siapa saja yang ingin membuat perubahan—besar atau kecil—di dunia yang terus berubah. []
Disusun oleh: Divisi Manajemen Pengetahuan ICCI. Ringkasan menggunakan AI dengan akurasi 95% dan ditinjau kembali oleh tim.
Tinggalkan Balasan